MENYIAPKAN CALON INDUKAN MURAI









Apabila kandang merupakan rumah bagi burung, maka induk (jantan dan betina) adalah mesin produksi yang akan menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk Anda. Saya tidak mengharuskan Anda untuk membeli indukan yang mahal, atau harus punya darah juara. Sebagai pemula, biarkan usaha ini dimulai dari yang wajar-wajar saja: sedikit demi sedikit.
Biarkan berbagai pengalaman menempa Anda terlebih dulu, agar menjadi ilmu praktis yang Anda kuasai dengan baik.  Jika sudah berpengalaman, barulah memikirkan untuk membeli indukan yang mempunyai trah juara.
Tidak perlu dipersoalkan juga apakah Anda ingin mengembakbiakkan murai batu Aceh, Medan, Lampung, Nias, Jambi, maupun Kalimantan. Tips ini juga berlaku untuk murai batu ekor putih maupun black-tailed (ekor hitam). Semuanya sama saja, punya pangsa pasar masing-masing. Yang penting perawatan awal di tangan Anda selaku penangkar, dan yang lebih penting lagi bagaimana perawatan selanjutnya di tangan pelanggan / pembeli selaku pemilik burung.
a. Memilih induk jantan
  • Diusahakan induk jantan sudah berusia 2 tahun lebih, sehingga sel spermanya benar-benar matang.
  • Pilihlah burung yang sudah jinak, tidak galak, atau tidak takut dengan kehadiran manusia. Dalam hal ini, dianjurkan membeli calon induk dari hasil penangkaran, bukan hasil tangkapan alam. Calon induk hasil tangkaran umumnya lebih jinak, sehingga memudahkan Anda dalam mengawali usaha penangkaran murai batu.
  • Burung dalam kondisi sehat. Beberapa tanda burung sehat yang mudah diamati adalah lincah (aktif bergerak) alias tidak nyekukur terus, serta bulu-bulunya tumbuh sempurna, bersih dan tidak kusam.
  • Burung tidak memiliki cacat fisik, baik pada kaki, sayap, kepala, dan bagian tubuh lainnya.
  • Volume suaranya keras. Kalau memungkinkan, pilih juga burung yang memiliki banyak variasi lagu. Tapi jika tidak pun tak apa-apa. Bukankah tujuan kita untuk mengembangbiakkannya, bukan menjadikannya burung juara? Tugas mencetak burung juara menjadi domain para kicaumania yang memiliki murai batu. Volume suara terkait dengan faktor genetik (keturunan), tetapi variasi lagu lebih terkait dengan faktor perawatan, khususnya program pemasteran dan perlakuan pakan.
Sebagian penangkar menganggap induk jantan yang baik harus memiliki katuranggan sempurna, mulai dari bentuk kepala, leher, dada, warna bulu, ekor, dan kaki. Anda boleh membenarkannya, dan silakan cari informasi di Google mengenai katuranggan murai batu jantan.
Saya pribadi tidak terlalu fanatik dengan katuranggan, karena yang lebih penting bagaimana performa dasar suaranya.  Performa ini bisa didengarkan, bukan diramalkan sebagaimana metode katuranggan. Apakah penyanyi yang baik harus berleher jenjang, dengan bahu lebar, agar suaranya yahud? Apakah petinju bertubuh tinggi-besar-berotot pasti hebat?
Padahal kalau kita lihat, penyanyi mungil seperti Ruth Sahanaya punya kualias suara bagus. Tetapi Ermy Kullit dan Regina Indonesian Idol yang bertubuh besar juga punya suara yahud pula. Mike Tyson yang bertubuh lebih pendek dan lebih kecil pun mampu mengalahkan Larry Holmes dan Trevor Berbick yang bertubuh raksasa.
So, itu sebabnya saya tidak terlalu fanatik dengan katuranggan. Katuranggan bisa / boleh saja dijadikan pegangan awal, tetapi bukanlah segalanya. Dalam kontes suara, yang lebih penting adalah bagaimana performa suara burung. Performa suara yang terkait dengan volume dan irama sangat ditentukan oleh faktor genetik (seperti remaja A yang bersuara bass, dan remaja B yang bersuara bariton), sedangkan variasi lagu lebih ditentukan faktor perawatan (terutama pemasteran dan perlakuan pakan).
b. Memilih induk betina
  • Induk betina sudah berusia 1 tahun lebih, sehingga organ reproduksinya benar-benar matang. Kasus telur kosong (infertil) antara lain disebabkan organ reproduksi belum matang, meski murai batu betina sudah mencapai umur dewasa kelamin rata-rata pada umur 6-7 bulan. Umur dewasa kelamin adalah masa di mana burung betina untuk kali pertama bisa bertelur.
  • Sama seperti induk jantan, pilihlah calon induk betina yang sudah jinak, tidak galak, atau tidak takut dengan manusia.
  • Burung dalam kondisi sehat, ditandai dengan aktif bergerak (lincah), serta bulu-bulu tumbuh sempurna, bersih, dan tidak kusam.
  • Burung tidak memiliki cacat fisik, baik pada kaki, sayap, kepala, dan bagian tubuh lainnya.
Ada satu tips dari Om Yogi Prayogi (Om CJ) dalam pemilihan induk murai batu betina, yang bagus untuk dishare di sini, dan sebagian pernah saya ungkap pula dalam artikel berjudul Memahami pewarisan gen pada burung juara. Berikut pemikiran Om CJ berdasarkan pengalamannya selama ini:
  • Kunci sukses dalam beternak murai batu terletak pada indukan betina. Untuk menghasilkan anakan MB jantan berkualitas, 70-80% ditentukan oleh induk betina dan 20-30% oleh induk jantan. Artinya, anakan jantan akan lebih banyak mewarisi sifat-sifat dari induk betina daripada induk jantan
  • Berdasarkan pengalaman OM CJ selama ini, ternyata anakan jantan akan mewarisi  80% dasar suara yang dimiliki induk betina, bahkan mewarisi 90% irama suara yang dimiliki ibunya.
Meski tak dijelaskan lebih lanjut, saya akan mencoba meneruskan dasar pemikiran Om CJ. Jika Anda ingin menjual bakalan MB jantan yang bagus, sebaiknya induk betina harus bagus. Bagus tak mesti mahal, dan tidak mesti juara, karena banyak burung bagus yang tak pernah ikut lomba, contohnya milik Om Duto, he.. he..he…
Bagaimana induk betina bisa memiliki kualitas yang bagus? Tentu dari ayahnya. Dari mana ayahnya bisa memiliki kualitas yang bagus? Ya dari ibunya juga, alias nenek dari induk betina tadi. Begitu seterusnya, karena dalam dunia peternakan termasuk unggas berlaku model pewarisan gen yang disebut criss-cross inheritance: pola di mana sebagian besar sifat genetik induk betina akan menurun kepada anaknya yang jantan, dan sebagian besar sifat genetik induk jantan akan menurun kepada anaknya yang betina.
Saya katakan sebagian besar, karena tetap saja ada beberapa bagian sifat genetik dari pasangannya yang akan diwarisi anaknya. Model criss-cross inheritance ini pula yang menjadi acuan para peternak, apapun jenisnya, untuk melakukan perbaikan mutu genetik melalui sistem grading-up, line-breeding, inbreeding, cross-breeding (perkawinan silang), dan sebagainya.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar