Burung yang memiliki nama latin Copsychus malabaricus ini, kepopulerannya memang sudah tidak asing lagi di kalangan kicau mania indonesia. Memiliki suara murai yang bervariasi, menjadikannya modal
utama sehingga banyak diminati halayak. Terlebih lagi, kemampuannya dalam
menirukan berbagai suara yang dihasilkan oleh jenis burung pengicau lain,
membuatnya tak pernah luput dari sorotan oleh para penghobi burung kicauan.
Selain itu, perawakan burung yang berkerabat dekat dengan kacer ini
juga tak jarang dibilang bahwa cukup tegas menjanjikan meskipun agak sulit bagi para pemula.
Untuk memperoleh murai batu yang
mumpuni, khususnya pada segi suara, bukanlah perkara yang instan. Sebab selain pada ketepatan pemberian pakan,
setelan harian perawatan murai batu juga sangat menentukan prospek untuk
kedepannya. Kalau kebutuhan nutrisinya seperti protein dan
vitamin yang ada pada makanan telah terpenuhi dengan baik, dan rawatan murai batu yang diberikan sudah sesuai dengan karakter burung,
maka niscaya ia akan lekas rajin buka paruh dengan variasi suara yang sangat beragam.
Pakan Extra Fooding (EF)
Segala Jenis EF (Ekstra Fooding) atau
pakan tambahan memang bagus bagi burung jika sesuai takaran atau kebuutuhan, termasuk pada
perkembangan kemampuan berkicau sekaligus segi kesehatannya. Adapun
jenis EF yang bisa diberikan kepada murai batu antara lain jangkrik,
kroto, orong-orong, cacing, belalang hijau, ulat hongkong, ulat
bambu, dan sebagainya.
Namun perlu diketahui jika
pemberian EF yang berlebihan justru dapat membuat burung jadi over
birahi. Dan over birahi sendiri cenderung menyebabkan burung menjadi
enggan untuk buka paruh. Oleh karena itu ada baiknya jika penyajian EF
lebih diperhatikan sesuai takaran.
Untuk EF yang harus lebih diperhatikan adalah ulat hongkong. Dimana kalau diberikan
secara berlebihan maka dampak
buruknya yaitu bisa menyebabkan burung menjadi mudah terkena penyakit
katarak yang menyerang bagian mata. jenis EF lain
yang juga dapat mendatangkan dampak kurang bagus ialah kroto. Memberikan
kroto dengan jumlah yang berlebihan dipercaya bisa meningkatkan suhu
panas pada tubuh burung. Panas tubuh yang berlangsung secara
berkepanjangan, banyak diyakini bisa membuat burung jadi rentan over
birahi dan mabung tidak tepat pada waktunyadan terlalu lama.
Mengingat hal - hal
tersebut, maka
sebaiknya ketahui kesesuaian karakter burung terhadap porsi EF yang
dapat diberikan. Kalau misalnya EF yang berupa kroto sudah terlanjur
diberikan secara berlebihan, dan menyebabkan burung jadi over birahi, maka upaya pertama yang bisa
dilakukan adalah dengan mengurangi pemberian EF
tersebut sementara waktu. Over birahi masih bisa
diturunkan dengan memberikan ulat bambu setiap harinya.
Rutin memberikan ulat bambu dipercaya mampu menetralisir burung yang
over birahi. Selain pakan, perawatan murai batu terbaik bisa
menyandingkannya dengan burung masteran.
Melatihnya Menggunakan Burung Master
Selain dengan setelan pakan, melatih
atau memaster menggunakan burung yang sudah gacor master juga merupakan
cara perawatan murai batu rajin gacor, yang mana sangat menentukan
potensi untuk kedepannya. Untuk bahan isian suara master tidak hanya
bisa dengan memanfaatkan gacoran burung sejenis saja. Akan tetapi juga
bisa mengandalkan suara burung jenis lain sesuai dengan variasi yang
diinginkan. Apabila mengindamkan agar murai batu memiliki variasi rapat
berdurasi panjang, maka ia bisa dimaster dengan menggunakan suara ciblek
/ prenjak, cililin, tengkek buto, dsb. Namun kalau ingin variasinya
jadi ngerol panjang, suara kenari dan blackthroat adalah pilihan yang
tepat.
Perawatan Secara Alami
Merawat murai batu biar gacor dengan
cara alami atau seolah-olah hampir sama persisnya seperti dikala ia
berada di alam bebas, bertujuan agar burung merasa lebih leluasa
layaknya sedang berada di habitat asalnya. Dengan begitu otomatis burung
pun akan merasa lebih nyaman dan tidak mudah stres, sehingga cukup
memungkinkan kalau perkembangan pada segi kemampuan berkicaunya jadi
tidak terhambat. Terlepas dari itu, perawatan murai batu cepat gacor
secara alami bisa dilaksanakan dengan cara sering menggantangya di bawah
pohon rindang. Pada saat berada di alam bebas, tempat yang paling
digemari burung untuk bersinggah salah satunya adalah pepohonan yang
rindang.
Oleh karena itu, agar burung merasa
seakan-akan berada di alam bebas maka tidak ada salahnya jika ia rutin
digantang pada pohon rindang. Selain itu, ketika di habitat asalnya
murai batu pada dasarnya mengkonsumsi pakan alami yang bisa disebut
dengan EF. Dengan begitu pemberian EF sebaiknya lebih ditekankan
dibanding voer, namun keduanya tetap diberikan secara bervariasi. Akan
tetapi usahakan jangan terlalu berlebihan untuk jenis EF tertentu
seperti ulat hongkong dan kroto, yang mana bisa memicu dampak kurang
baik bagi tubuh burung. Khusus untuk murai batu jantan, karena di
habitat asalnya ia selalu mencari pasangan lawan jenis, maka memelihara
murai betina adalah cara yang tepat untuk memancing birahinya agar mau
buka paruh.
0 komentar:
Posting Komentar